Sejarah Taman Bacaan Masyarakat


Apa itu TBM

 

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah lembaga pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang menyediakan dan memberikan layanan di bidang bahan bacaan, berupa: buku, majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multi media lain, yang dilengkapi dengan ruangan untuk membaca, diskusi, bedah buku, menulis, dan kegiatan literasi lainnya, dan didukung oleh pengelola yang berperan sebagai motivator. Taman bacaan masyarakat merupakan jantung pendidikan masyarakat, dengan bahan bacaan yang disediakan diharapkan mampu memotivasi dan menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca bagi aksarawan baru, warga belajar, dan masyarakat. Dengan tumbuhkembangnya minat dan kegemaran membaca, maka membaca merupakan suatu kebiasaan yang mesti dilakukan tiap hari sebagaimana memenuhi kebutuhan hidup. Taman bacaan masyarakat merupakan jantung pendidikan masyarakat, dengan bahan bacaan yang disediakan diharapkan mampu memotivasi dan menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca bagi aksarawan baru, warga belajar, dan masyarakat. Dengan tumbuhkembangnya minat dan kegemaran membaca, maka membaca merupakan suatu kebiasaan yang mesti dilakukan tiap hari sebagaimana memenuhi kebutuhan hidup.

TBM di Indonesia

Menengok sejarah TBM, kita akan menemukan sebuah catatan panjang bahwa TBM lahir dan tumbuh mengiringi perjalanan bangsa ini. TBM telah hadir sejak masa pra-kolonial yaitu dimulai dari persewaan buku oleh imigran Cina yang kemudian ketika memasuki masa kolonial, muncul gerai buku berjalan yang diinisiasi oleh Balai Pustaka pada 1940. Gerakan ini terus berjalan sampai 1945-1966, Jawatan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan, lahir. Pada masa ini, lahir Taman Pustaka (TPR) A, B, dan C. Jumlah TPR yang mencapai ribuan, menjadi ujung tombak bagi pemerintah dalam Gerakan Pemberantasan Buta Huruf yang sedang digencarkan oleh pemerintah saat itu.Gerakan Literasi terus tumbuh, pada 1992-2004, TPR berubah menjadi TBM dan kembali menjadi ujung tombak pemerintah melalui pembentukan TBM di desa-desa. TBM ini memberikan layananan bagi para aksarawan baru. Seiring waktu, TBM terus tumbuh di tengah-tengah masyarakat dengan fokus layanan yang semakin meluas menjadi peningkatan minat dan budaya baca masyarakat, terutama untuk pengembangan enam literasi dasar.

Gerakan Literasi Masyarakat

Untuk meningkatkan minat baca dan mewujudkan masyarakat yang literat, berbagai upaya pun dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut, partisipasi dan kolaborasi dengan berbagai pihak menjadi faktor yang sangat penting. Kehadiran Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan komunitas baca (reading community), pejuang dan penggiat literasi, sahabat literasi, serta dukungan dan komitmen pemerintah daerah menjadi kunci keberhasilan setiap program gerakan literasi. Pejuang dan penggiat serta sahabat literasi hadir di tengah-tengah masyarakat karena idealisme dan percaya bahwa membaca dan literasi merupakan salah satu jalan keluar dalam menciptakan masyarakat yang berwawasan, mandiri dan memiliki kecakapan serta kualitas hidup yang lebih baik. Mereka digerakkan oleh hati nurani untuk memberi manfaat bagi masyarakat dan berkarya untuk negeri. Merujuk pada gambaran tentang keterampilan abad 21 yang dirumuskan Forum Ekonomi Dunia, kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam program gerakan literasi di masyarakat mengacu pada 6 aspek literasi dasar, yaitu literasi baca tulis, literasi berhitung, literasi sains, literasi teknologi dan informasi, literasi keuangan, serta literasi budaya dan kewarganegaraan. Agar pengembangan keterampilan 6 aspek literasi dasar tersebut dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang maksimal, keterlibatan para mitra terkait menjadi sangat penting. 


Sumber : Kemendikbud

 


0 Komentar